Kamis, 06 Januari 2011

cara memasukkan file word / pdf dalam blog 2011

http://www.scribd.com/doc/46453948

askep komunitas panti 2011

http://www.scribd.com/doc/46453802

contoh pendirian tk / play group 2011

www.scribd.com/doc/46452174/Yayasan-Pkk-Desa-Riza-x

askeb konsep dasar keluarga 2011

www.scribd.com/doc/46452884/Askeb-Kelg-Cila-q

kanker tiroid 2011

http://www.scribd.com/doc/46447536

askep konsep keluarga 2011

http://www.scribd.com/doc/46447399

soal soal latihan sd 2011

www.scribd.com/doc/46446319/Pilihlah-Salah-Satujawaban-Yang-Benar-Dengan-Member

contoh kti 2011

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Nyeri gigi merupakan suatu gejala nyeri yang dapat timbul ketika terkena berbagai macam rangsangan, rangsangan tersebut dapat berupa makanan atau minuman yang terlalu panas atau terlalu dingin, terlalu manis atau makanan-makanan yang bersifat lengket. Keluhan nyeri yang dikemukakan oleh setiap individu bersifat subyektif, yaitu ngilu, nyeri yang kadang timbul atau berdenyut. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh dan timbul apabila ada jaringan yang rusak (Prabowo, 2010). Mekanisme nyeri berawal dari rangsang berbahaya yang diubah menjadi impuls nyeri sampai persepsi nyeri gigi, dimana impuls nyeri dihantarkan melalui impuls serabut saraf (Dovgan, 2002). Untuk mengatasi nyeri gigi dapat diberikan obat-obatan pereda nyeri atau analgesik tetapi sebagian masyarakat justru menggunakan cara tradisional untuk mengatasi nyeri gigi, salah satunya dengan melakukan kumur air garam. Sebagian masyarakat Sumolepen, Balongsari Mojokerto percaya bahwa air garam dapat mengurangi nyeri gigi sehingga mereka melakukan kumur air garam ketika mengalami nyeri gigi.
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah tangga (SKRT) pada tahun 2001 dalam Servey Kesehatan Nasional (Sukesnas) menyebutkan bahwa penyakit gigi dikeluhkan penduduk Indonesia telah menurun sekitar 60 %. Meskipun demikian angka 60% masih terlampau tinggi. Masalah tingginya angka penyakit gigi dan mulut saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya dari perilaku masyarakat sendiri. Hal ini terlihat dari 22,8% penduduk Indonesia tidak menyikat gigi dan dari 77,2% yang menyikat gigi hanya 8,1% yang menyikat gigi tepat waktu. Kesadaran masyarakat untuk datang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan masih rendah. Hal ini terlihat dari 87% masyarakat yang mengeluh sakit gigi tetapi tidak berobat, 12,3% masyarakat yang mengeluh sakit gigi datang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan gigi sudah dalam keadaan terlambat sehingga dari rata-rata 6,4% gigi yang rusak 4,4% gigi sudah dicabut dan 0,7% lebih memilih mencari pengobatan tradisional. Sedangkan di daerah Sumolepen Mojokerto sendiri jumlah penderita nyeri gigi di Puskesmas Gedongan kurang lebih 15-24 orang perbulan dari sekitar 2.678 penduduk yang datang ke puskesmas untuk berobat pada periode bulan Novemberr hingga Desember. Dan dari 15 orang, 9 diantaranya menyatakan bsahwa mereka mengatasi nyeri gigi dengan melakukan kumur air garam.
Kebanyakan masyarakat tidak berkunjung ke dokter gigi atau pelayanan kesehatan, bahkan ketika datang rasa sakit yang menyengat, sebagian orang justru mengambil tindakan penyembuhan sendiri, mereka meyakini bahwa dengan kumur air garam dapat mengurangi nyeri gigi, dimana hal ini sudah dilakukan secara turun-temurun berdasarkan mitos yang belum tentu memiliki dasar medis. Padahal jika dibiarkan, gigi yang bermasalah dapat menimbulkan infeksi menjadi pemicu berbagai penyakit seperti kanker, jantung, reumatik, diabetes bahkan kelainan pada otak (http://roemah-imoet.com/2010/12/25/sakit-gigi-sumber-penyakit-kronis/).
Sampai saat ini telah banyak diupayakan untuk mengurangi atau mengatasi rasa nyeri. Besrbagai obat anti nyeri telah banyak dikembangkan termasuk penggunaan bahan herbal. Penggunaan obat ini memegang peranan penting dalam dunia kedokteran gigi. Selain penggunaan obat-obatan adapula cara tradisional yang dapat digunakan untuk mengatasi atau mengurangi rasa nyeri pada gigi yakni dengan menggunakan garam makan yang dicampurkan dengan air lalu dikumur oleh penderita sakit gigi. Garam mengandung antibakteri yang mampu mengurangi bakteri di dalam gigi dan iodium di dalam garam dapat menurunkan ngilu pada gigi (http://www.duniawanita.com/index). Sehingga cara ini dapat mengurangi rasa nyeri.

Rumusan Masalah
Pernyataan Masalah
Sebagian masyarakat masih menggunakan pengobatan tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan, salah satunya penggunaan kumur air garam untuk mengurangi nyeri gigi, berdasarkan fenomena ini, sedikit banyak telah mempengaruhi pola pikir dan kepercayaan masyarakat terhadap penggunaan pengobatan tradisional daripada penggunaan obat-obat analgesik untuk mengurangi nyeri gigi.

Pertanyaan Masalah
Benarkah kumur air garam efektif untuk menurunkan nyeri gigi?

Batasan Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan maka penulis hanya membatasi pada efektifitas kumur air garam terhadap penurunan nyeri gigi.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengidentifikasi efektifitas kumur air garam terhadap penurunan nyeri gigi di Desa Sumolepen, Kelurahan Balongsari, Kecamatan Magersari Mojokerto.

Tujuan Khusus
Mengidentifikasi tingkat nyeri gigi pada penderita sakit gigi sebelum melakukan kumur air garam.
Mengidentifikasi tingkat nyeri gigi pada penderita sakit gigi setelah malakukan kumur air garam.
Menganalisa efektifitas kumur air garam terhadap penurunan nyeri pada pasien sakit gigi.

Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi untuk menurunkan nyeri gigi secara tradisional sehingga dapat digunakan sebagai kerangka dalam pengembangan ilmu keperawatan terkait dengan pemberian prosedur penurunan respons nyeri gigi.

Manfaat Praktis
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah didapatkan suatu data mengenai efek klinis air garam dalam menurunkan nyeri gigi sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan nyeri gigi.

Manfaat Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan penetahuan dan dapat digunakan sebagai alternatif bagi responden untuk mengurangi nyeri gigi.




BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
2.1.1 Pengertian
Air dianggap sebagai unsur yang memiliki sifat polarisasi dan berpartikel. Partikel air terdiri dari kesatuan atom oksigen yang mengandung 6 elektron pada sumbu akhirnya dan dua atom hidrogen, masing-masing mempunyai satu elektron dengan pengikat yang disebut dengan ikatan kovalensi (valensi yang disebabkan oleh pertemuan pasangan elektron antara 2 atom (KBBI, 2005).
Kandungan atau komposisi
Air adalah suatu zat yang tiap molekulnya tersusun atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Susunan air (H2O) adalah suatu keajaiban, H dan O masing-masing adalah gas yang mudah terbakar, namun ketika keduanya bersenyawa maka berubahlah sifat asli keduanya, lalu menjadi zat yang amat bermanfaat bagi manusia (Yolanda Amirta, 2007).
2.1.3 Sifat-sifat Air
Bentuknya cair dan sangat encer
Tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna
Air adalah suatu zat yang tiap molekulnya tersusun atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen (Yolanda Amirta, 2007).
2.1.4 Manfaat
Air merupakan detox effect atau homeostatic yakni air sebagai anti oksidan dengan mengangkat radikal bebas H+ dan OH-
Makanan utama bagi makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan
Sebagai pengencer dan pelarut
Kandungan ion-ion dalam air , membantu pelebaran pembuluh darah sehingga meningkatkan sirkulasi darah. Selain itu pH air mampu mensterilkan kulit. Karena pada lingkungan yang sangat asam kuman-kuman akan mati
Air sebagai pengatur suhu tubuh
Air berguna untuk melancarkan darah
Air dapat menyehatkan dan menghaluskan kulit tubuh
Air memperlancar fungsi pencernaan
Air membantu pernafasan tubuh
Air sebagai pelumas sendi dan otot
Air sebagai media untuk pemulihan kondisi tubuh
Sebagai media transportasi
Sebagai sarana transportasi di dalam tubuh
Sumber dari rasa segar
Sumber kehidupan yang terjaga dari tangan manusia
Membersihkan dan mensucikan manusia dari kotoran (Yolanda Amirta, 2007).
2.1.5 Parameter Air yang Layak Minum
1. Parameter Fisik
Tidak berbau, tidak berwarna atau jernih, tidak berasa, dan tidak panas. Bila terjadi penyimpangan terhadap parameter ini, berarti air telah terkontaminasi bahan lain yang memungkinkan bahayanya bagi kesehatan manusia.
2. Parameter Kimia
Tidak boleh mengandung air raksa, arsenik, barium, besi, fluorida, kadmium, kesadahan, klorida, kromium valensi 6, mangan, perak, pH tak netral, selenium, sianida, sulfat, sulfida, tembaga dan timbal. Jika air tercemar oleh unsur-unsur tersebut harus dalam batas yang ditetapkan SNI.
3.Parameter Radioaktif
Radioaktif dapat menyebabkan kerusakan pada sel yang terpapar serta mengakibatkan kematian sel atau perubahan komposisi genetik. Sel yang rusak dapat diperbarui apabila mampu meregenerasi dan tidak mampu seluruhnya. Perubahan genetis dapat menimbulkan penyakit seperti kanker dan mutasi gen. Radioaktif terdiri dari sinar Alpha, Beta dan Gamma yang berbeda kemampuannya dalam menembus jaringan tubuh. Sinar Alpha sulit menembus kulit, Beta dapat menembus kulit dan Gamma dapat menembus jaringan yang sangat dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas sinar serta frekuensi, dan luasnya pemaparan.
Parameter Mikrobiologis
Dalam parameter ini hanya dipaparkan E. Coli tinja dan total coliform. Air yang mengandung coli tinja berarti telah tercemar tinja. Tinja dari seorang penderita suatu penyakit sangat potensial menularkan penyakit yang berhubungan dengan air. Sementara, air yang tercemar coliform dapat mengakibatkan penyakit-penyakit pada saluran pernafasan (Yolanda Amirta, 2007).

Garam
2.2.1 Pengertian
Garam adalah sejenis mineral yang lazim dimakan manusia. Bentuknya kristal putih, dihasilkan dari air laut. Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum adalah Sodium klorida.
Kandungan atau Komposisi
Bahan baku garam sendiri mengandung: CaSO4, MgSO4, MgCl2, KCl, NaBr. Setelah siap saji disyaratkan untuk kelas A kandungan NaClnya=97% sedangkan untuk kelas B = 94 %. Kandungan senyawa sulfat tidak boleh lebih dari 2%. Garam pada umumnya NaClnya kurang dari 90%. Biasanya zat garam mineral terdapat pada minuman yang kita minum dan juga pada makanan yang kita makan. Beberapa zat yang terkandung dalam garam :
Iodium
Zat mineral yodium biasanya terdapat pada garam dapur yang tersedia bebas di pasaran, namun tidak semua jenis dan merk garam dapur mengandung yodium. Yodium berperan penting untuk membantu perkembangan kecerdasan atau kepandaian pada anak. Yodium juga dapat membatu mencegah penyakit gondok, gondong atau gondongan. Yodium berfungsi untuk membentuk zat tirosin yang terbentuk pada kelenjar tiroid.
Phospor
Fosfor berfungsi untuk pembentukan tulang dan membentuk gigi.
Cobalt
Cobalt memiliki fungsi untuk membentuk pembuluh darah serta pembangun B.
Chlor
Chlor digunakan tubuh kita untuk membentuk HCl atau asam klorida pada lambung. HCl memiliki kegunaan membunuh kuman bibit penyakit dalam lambung dan juga mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.
Magnesium
Fungsi atau kegunaan dari magnesium adalah sebagai zat yang membentuk sel darah merah berupa zat pengikat oksigen dan hemoglobin.
Mangan
Mangan berfungsi untuk mengatur pertumbuhan tubuh kita dan sistem reproduksi.
Tembaga
Tembaga pada tubuh manusia berguna sebagai pembentuk hemo globin pada sel darah merah.
Kalsium
Kalsium atau disebut juga zat kapur adalah zat mineral yang mempunyai fungsi dalam membentuk tulang dan gigi serta memiliki peran dalam vitalitas otot pada tubuh.
Kalium
Kalium kita butuhkan sebagai pembentuk aktivitas otot jantung.
Seng oleh tubuh manusia dibutuhkan untuk membentuk enzim dan hormon penting. Selain itu zinc juga berfungsi sebagai pemelihara beberapa jenis enzim, hormon dan aktifitas indera pengecap atau lidah kita.
Sulfur
Zat ini memiliki andil dalam membentuk protenin di dalam tubuh.
Natrium
Natrium adalah zat mineral yang kita andalkan sebagai pembentuk faram di dalam tubuh dan sebagai penghantar impuls dalam serabut syaraf dan tekanan osmosis pada sel yang menjaga keseimbangan cairan sel dengan cairan yang ada di sekitarnya.
Flour
Flour berperan untuk pembentuk lapisan email gigi yang melindungi dari segala macam gangguan pada gigi.
Sifat –sifat Garam
Terbentuk dari reaksi netralisasi antara asam dan basa.
Bersifat netral.
Tidak mengubah lakmus merah ataupun biru (Renika Fatmawati, 2010).
Manfaat Garam
Pembasuh Mata. Untuk meredakan sakit mata, dalam keadaan darurat gunakan air garam untuk membasuh mata. Bila keluhan tak berkurang, segeralah memeriksakannya ke dokter mata.
Obat Kumur. Air hangat yang telah dibubuhi sedikit garam merupakan pencuci mulut yang efektif. Begitu juga bila terkena radang tenggorokan. Masukkan sedikit garam ke dalam air panas, aduk perlahan lalu gunakan sebagai obat kumur.
Gigi Putih. Gigi yang terlihat kusam akan kembali cemerlang dengan cara menaburkan garam kering ke ujung bulu-bulu sikat gigi saat akan menggosok gigi.
Garam adalah antihistamin alami yang kuat. Garam dapat digunakan untuk meredakan asma.
Garam adalah unsur anti stress yang kuat bagi tubuh.
Garam sangat penting untuk menarik keasaman di dalam sel-sel, terutama pada sel-sel otak.
Garam sangat penting bagi ginjal untuk membersihkan kelebihan keasaman dan mengeluarkan keasaman di dalam kemih.
Garam penting dalam perawatan gangguan emosional dan afektif.
Garam penting dalam pemeliharaan kadar serotinin dan melatonin di otak.
Garam sebagai anti oksidan.
Garam efektif untuk menstabilkan denyut jantung yang tidak teratur.
Garam membantu menyeimbangkan kadar gula dalam darah dan mengurangi kebutuhan inisulin.
Garam membantu mencegah gout.
Garam esensial bagi pencegahan kram otot (Batmanghelidj, 2007).
Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Untuk Kumur Air Garam
Kepercayaan
Pengalaman
Pengetahuan
Lingkungan

Nyeri Gigi
2.3.1 Pengertian
Nyeri merupakan reaksi fisiologis yang ditimbulkan oleh rangsang yang mencapai nilai ambang rasa nyeri pada reseptor nyeri. Mekanisme nyeri gigi berawal dari rangsang berbahaya yang diubah impuls nyeri sampai persepsi nyeri gigi. Rangsang diterima oleh email disampaikan ke reseptor di dentin, kemudian rangsang diubah menjadi impuls yang kemudian disampaikan ke pulpa dan akhirnya sampai dipusat nyeri, tempat nyeri dipersepsi. Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila terdapat kerusakan jaringan dan ini akan menyebabkan penderita bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri.
Nyeri merupakan pengalaman kompleks yang meliputi tidak hanya komponensensorik, tetapi juga melibatkan reaksi motorik atau respons yang ditimbulkan oleh rangsang yang menimbulkan nyeri, yaitu rangsang berbahaya (Hawes, 2003).
Nyeri bersifat subjektif dan hanya orang yang mengalami nyeri yang dapat mengungkapkannya, bukan oleh orang lain yang mengobservasinya, sehingga ahli kedokteran juga belum sepakat memberikan definisi nyeri. Ahli Fisiologi mendefinisikan nyeri sebagai peringatan akan adanya rangsang yang bersifat nosiseptif atau merusak, sehingga membangkitkan fungsi perlindungan tubuh dari bahaya. Ahli Patologi mendefinisikan nyeri sebagai perasaan yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh rangsang yang merusak jaringan dan jika terus berlangsung akan menimbulkan efek yang merugikan. Ahli Psikologi mendefinisikan nyeri sebagai proses persepsi yang ditentukan oleh rangsang berupa jenis dan identitasnya, psikis, kepribadian, atau respon tubuh.
Nyeri merupakan pengalaman manusia yang bersifat kompleks dan multifaktorial dan multidimensional. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh dan timbul bila ada jaringan yang rusak. Nyeri sering dianggap sensasi, yang dibedakan dalam kualitas, lokasi, durasi dan intensitas rangsangannya dan juga melibatkan reaksi atau respon yang ditimbulkan oleh rangsang yang menimbulkan nyeri yaitu rangsang noksius (merusak). Hal ini akan menyebabkan individu bereaksi denagn menghindar, melawan dan melarikan diri dari stimulus nyeri. Jadi nyeri menyangkut berbagai faktor diantaranya fisiologik, patologik, psikologik, lingkungan (ekonomi, sosial, budaya, ras, kultur), besarnya rangsang noksis atau besarnya kerusakan jaringan, pengalaman masa lalu dan memori terhadap nyeri dan lain sebagainya yang menpengaruhi jalan hidupnya (Prabowo, 2010).
Sensitifitas Nyeri gigi
Nyeri gigi merupakan suatu gejala nyeri yang dapat timbul ketika terkena bermacam-macam rangsangan,antara lain : rangsang termis yang ditandai dengan perubahan suhu, minum minuman yang panas atau dingin, mekanis terjadi melalui masuknya makanan yang manis dan lengket, ataupun juga elektris yaitu rasa nyeri pada saat gigi dikenai tindakan perawatan. Sebagian besar pasien yang datang ke praktek dokter gigi, pada umumnya bertujuan untuk mencari perawatan yang dapat meredakan nyeri giginya. Beberapa keluhan yang biasa dikemukakan pasien bersifat subjektif dan bervariasi berupa keluhan gatal, ngilu, nyeri yang kadang-kadang timbul jika ada rangsang seperti dingin atau panas, dan nyeri yang berdenyut-denyut. Akhirnya Dokter gigi akan dihadapkan pada kenyataan bahwa keluhan yang diberikan pasien biasanya kurang tepat dan pasien juga tidak dapat menunjukkan lokasi timbulnya nyeri gigi. Hal ini disebabkan nyeri yang ditimbulkan oleh gigi dapat beralih atau tersebar ke struktur lain atau sebaliknya, nyeri dari daerah lain selain gigi dapat menjlar ke gigi.
Sensitifitas nyeri gigi adalah kepekaan gigi terhadap rangsang. Sensitifitas gigi dapat ditimbulkan oleh rangsang adekuat yang mengenai reseptor gigi. Pada pasien dengan hipersensitifitas gigi mereka memberikan respon yang sangat bervariasi pada setiap undividu, mulai dari perasaan tidak nyaman, sakit yang tajam dan segera hilang bila stimulus dihentikan, rasa sakit yang tajam dan hebat dalam jangka waktu yang singkat atau pada beberapa kasus dapat terjadi rasa sakit menetap dan berlangsung lama walaupun stimulus telah dihilangkan. Stimulus rangsang yang menyebabkan hipersensitifitas pada gigi timbul akibat meningkatnya aliran cairan di dalam tubulus dentin.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri Gigi
Ada dua proses dalam mekanisme nyeri yaitu persepsi nyeri yang selanjutnya akan diikuti oleh reaksi nyeri. Persepsi nyeri merupakan proses fisioanatomi dan terjadi sama pada semua individu dari hari ke hari. Sifat fisiologi persepsi nyerilah yang merupakan faktor yang menentukan perbedaan rasa nyeri dari rasa lainnya. Reaksi nyeri merupakan proses psikofisiologi, yang memperlihatkan memori investasi dari individu terhadap pengalaman yang tidak menyenangkan, prosesnya tidak sama pada setiap individu dari hari ke hari. Reaksi nyeri dipengaruhi oleh:
Emosi : Ditandai dengan ambang reaksi yang turun, dan adanya hiperaktif.
Kelelahan : Ditandai dengan ambang reaksi yang turun.
Usia : Dengan bertambahnya usia, ambang reaksi nyeri akan meninggi.
Jenis Kelamin : Ambang reaksi perempuan lebih rendah dari laki-laki
Ras : Ambang reaksi orang kulit hitam lebih tinggi dari orang kulit putih.
Sosial, pendidikan dan pekerjaan : Ambang reaksi di pasar atau kuli lebih tinggi daripada pekerjaan kantoran (Prabowo, 2010).
Penjalaran Nyeri Gigi
Nyeri berdasarkan waktu perjalanannya dibedakan menjadi tiga bagian yaitu: nyeri akut, nyeri kronik serta nyeri inflamasi, dan neuropatik (Prabowo, 2010).
Pengontrolan Nyeri Gigi
Berbagai macam prosedur telah digunakan untuk mengawasi dan mengontrol nyeri, seperti: prosedur farmakologik (anestesi lokal dan umum, obat-obatan analgesik), prosedur terapeutik (akupuntur dan pijat refleksi, audio analgesik atau mendengarkan musik klasik, hipnosis, Trancutaneus Electric Stimulation, dan konsul psikiatrik).
Semua prosedur tersebut ditujukan untuk memblok atau menghambat transmisi nyeri baik pada perifer sebelum impuls saraf sampai di otak (anestesi lokal), maupun pada otak (anestesi umum) (Prabowo, 2010).
Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosireseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan (Tamsuri, 2007). Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan. neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P. Tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorphin (Potter, 2005).





















BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual











Diteliti
Tidak Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka konseptual efektifitas kumur air Garam terhadap penurunan nyeri gigi.
Nyeri gigi merupakan suatu gejala nyeri yang dapat timbul ketika terkena
bermacam-macam rangsangan, antara lain : rangsang termis yang ditandai dengan
perubahan suhu, minum minuman yang panas atau dingin, mekanis terjadi melalui
masuknya makanan yang manis dan lengket, ataupun juga elektris yaitu rasa nyeri pada saat gigi dikenai tindakan perawatan. Selain adanya rangsangan, nyeri juga dapat timbul secara spontan. Nyeri gigi ditimbulkan oleh rangsang yang diterima melalui struktur gigi yaitu email, kemudian diteruskan ke dentin, sampai ke hubungan pulpa-dentin, yang mengandung reseptor nyeri dan akhirnya ke pulpa. Reseptor nyeri tersebut merupakan nosiseptor. Pada nosiseptor terjadi proses perubahan rangsang menjadi impuls saraf. Rangsang pada nosiseptor akan menimbulkan impuls nyeri. Impuls nyeri dari gigi akan dihantarkan melalui serabut saraf cabang saraf maksilaris dan mandubularis yang keduanya merupakan cabang dari saraf trigeminus. Saraf maksilaris manghantarkan impuls nyeri dari gigi bagian rahang atas, sedangkan impuls nyeri dari gigi bagian rahang bawah dihantarkan oleh saraf mandibularis.
Saraf maksilaris dan mandibularis akan bergabung dalam ganglion Gasseri yang merupakan neuron orde pertama. Serabut neuron orde pertama akan menghantarkan impuls nyeri ke pons bagian tengah dan turun ke nukleus spinal saraf trigeminus sejauh segmen servikal kedua dan ketiga dari medulla spinalis. Impuls akan berakhir di sepertiga bagian kaudal nukleus spinal saraf trigeminus yang merupakan neuron orde kedua.
Serabut saraf neuron orde kedua membawa impuls nyeri menyilang dan akan naik dalam lemnikus media dan berakhir dalam nukleus ventral posteromedial talamus sebagai neuron orde ketiga dibawa oleh serabut saraf yanb berproyeksi di girus pascasentral korteks serebri sebagai pusat nyeri gigi. Selanjutnya pusat motorik menentukan reaksi untuk menghindar dari rasa nyeri (Prabowo, 2010).
Kumur air garam diberikan dengan tujuan untuk menurunkan nyeri pada gigi, dengan berbagai kandungan yang terdapat dalam NaCl antara lain : CaSO4, MgSO4, MgCl2, KCl, NaBr dimungkinkan dapat menekan impuls nyeri dari reseptor pulpa.
3.2 Hipotesis
Hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:
H1: Ada pengaruh Kumur air garam terhadap penurunan nyeri gigi.

BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu prosedur atau cara dalam penelitian yang memberikan garis-garis yang cermat dan mengajukan syarat-syarat kegiatan penelitian dengan mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan karena bertujuan untuk menemukan, mengembangkan atau menguji keabsahan suatu pengetahuan yang hasilnya dipertanggung jawabkan secara ilmiah (Arikunto,1998).
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Aziz Alimul, 2007; 25). Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan rancangan penelitian Pre-Eksperimental jenis One group pre test-post test design yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara memberikan pre test (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum dilakukan intervensi, setelah itu diberikan intervensi kemudian dilakukan post test (Aziz Alimul, 2007; 32).
Rancangan desain penelitian One group pre test-post test design
Pra test Eksperimen Pasca test
0 X 01



Keterangan:
: Observasi sebelum kumur air garam
X : Intervensi
01 : Observasi setelah kumur air garam

4.2 Kerangka Kerja (Frame Work)
Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rancangan kegiatan penelitian yang akan dilakukan, meliputi siapa yang akan diteliti (Subjek penelitin), variabel yang akan diteliti, dan variabel yang mempengaruhi dalam penelitian (Aziz Alimul, 2007;34). Kerangka kerja yang digunakan pada penelitian disajikan pada bagan berikut:











Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Efektifitas kumur air garam Terhadap Penurunan Nyeri Gigi
4.3 Sampling Desain
4.3.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh objek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut (Aziz Alimul, 2007; 32).
Dalam penelitian ini menggunakan populasi terjangkau yaitu populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dan kelompoknya (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini populasinya adalah Penderita nyeri gigi yang bertempat tinggal di desa Sumolepen, Kelurahan Balongsari, Kecamatan Magersari Mojokerto. Besar populasi sebanyak 30 orang.
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Aziz Alimul, 2007; 60).
Untuk menentukan atau memperkirakan besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
n= N/(1+N(d)²)
n= Perkiraan jumlah sampel
N= Perkiraan jumlah populasi
d= Tingkat kesalahan yang dipilih (0,05) (Notoatmodjo,2002)
Besar sampel
n=N/(1+N(d)²)
n=30/(1+30(0,05)²)
n=30/(1+0,075)
n=30/1,075
n=27,9
n=28 orang
Dari rumus tersebut diatas, sampel dari penelitian ini didapatkan 28 orang. Sampel ini diambil dari penderita nyeri gigi yang bertempat tinggal di Desa Sumolepen Kecamatan balongsari mojokerto. Dengan mempertimbangkan kriteria Inklusi dan Eksklusi.

Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah:
Penderita nyeri gigi (Riwayat nyeri gigi)
Bertempat tinggal di Desa Sumolepen, Kelurahan Balongsari, Kecamatan Magersari Mojokerto.
Tidak memiliki kelainan hereditas pada gigi
Bersedia menjadi responden
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi criteria inklusidari studi karena pelbagai sebab (Nursalam,2008;92).
Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
Bukan penderita sakit gigi
Bayi
Lansia
Mempunyai kelainan hereditas pada gigi
Penderita sakit gigi yang tidak bersedia menjadi respondent.
4.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampling Purposive Sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2008)
4.4 Identifikasi Variabel
4.4.1 Variabel Independen
Variabel independen (Variabel bebas) adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini variabel independennya adalah kumur air garam.
4.4.2 Variabel Dependen
Variabel Dependen (Variabel terikat) adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah penurunan nyeri gigi.
4.5 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional danberdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Aziz Alimul, 2003; 38).



Tabel 4.4 Definisi Operasional efektifitas kumur air garam terhadap penurunan nyeri gigi
Variabel Definisi Operasional Indikator Alat ukur Skala Skor
Variabel independen:
Kumur air garam Membasuh mulut dengan menggerak-gerakkan air dalam mulut, dimana air tersebut telah dilarutkan dengan garam Kandungan NaCl Observasi - -
Variabel Dependen:
Penurunan nyeri gigi Keluhan yang disampaikan oleh subyek berupa rasa nyeri yang
Dirasakannya pada gigi 1.Skala nyeri
2.Penurunan nilai skala nyeri Observasi Ordinal 0:Tidak Nyeri

1:Nyeri Ringan

2:Nyeri Sedang

3:Nyeri Berat

4:Nyeri Sangat Berat




4.6 Pengumpulan Data
4.6.1 Instrumen
Instumen adalah alat yang dipakai pada waktu penelitian dengan menggunakan metode (Arikunto, 2002; 120). Intrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi mengenai skala nyeri yang dirasakan penderita nyeri gigi sebelum dan sesudah melakukan kumur air garam dimana sudah tersedia skala nyeri berupa gambar ekspresi wajah sehingga responden tinggal memilih yang sesuai dengan nyeri yang dirasakan.
4.6.2 Lokasi Dan Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Sumolepen, Kelurahan Balongsari, Kecamatan Magersari Mojokerto, pada bulan Februari 2010.
4.6.3 Prosedur Pengambilan Data
Setelah mendapatkan izin dari Stikes Dian Husada peneliti mengajukan izin kepada Badan Persatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat, Dinas Kesehatan, Puskesmas Gedongan dan Kepala Desa Sumolepen. Data dikumpulkan dari responden sebagai subjek penelitian dengan menggunakan observasi. Dimana peneliti melakukan observasi kepada sampel penelitian setelah itu melakukan intervensi dengan memberikan kumur air garam dan dilakukan observasi kembali untuk mengetahui perubahan (penurunan) nilai skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.
4.7 Analisis Data
Data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan data sebagai berikut:


Coding
Coding adalah memberikan kode atau jawaban skor angka atau kode tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana (Purwanto, 1999).
Skoring
Data yang sudah terkumpul diberi penilaian dimana setiap penilaian jawaban dan setiap pernyataan responden mengenai skala nyeri diberi bobot.
Skala Nyeri
0 : Tidak Nyeri
1 : Nyeri Ringan
2 : Nyeri Sedang
3 : Nyeri Berat
: Nyeri Sangat Berat
Tabulating
Setelah dilakukan scoring maka kita akan memperoleh data jumlah jawaban yang salah dan yang benar. Hasil jawaban yang benar dihitung menggunakan rumus:
N=Sp/Smx100%

Keterangan:
N : Nilai yang didapat
Sp : Skor yang didapat
Sm : Skor Maksimal
Dari hasil perhitungan tersebut kita dapat menginterprestasikan data berdasarkan variable yang diteliti dengan criteria kualitatif seperti berikut:
Baik :76-100%
Cukup :56-75%
Kurang :<56%
Hasil pengolahan data dikumpulkan atau dikelompokkan dalam tabel distribusi frekuensi kemudian hasilnya dikonfirmasikan dalam bentuk prosentase tadi diinterprestasikan menggunakan skala sebagai berikut:
1. 100% :Seluruhnya
2. 76%-99% : Hampir Seluruhnya
3. 51%-75% : Sebagian Besar
4. 50% : Setengahnya
5. 20%-49% : Hampir Setengahnya
6. 1% : Sebagian Kecil
7. 0% : Tidak Satupun
(Arikunto, 1998; 103)
4.8 Etika Penelitian
Peneliti memohon ijin kepada pihak terkait sebelum penelitian dilakukan. Penelitian akan dimulai dengan meakukan beberapa prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian meliputi :
Informed Consent
Informed Consent merupakan lembar persetujuan yang diberikan kepada responden yang akan diteliti yaitu yang akan mendapatkan intervensi kumur air garam. Peneliti memberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama pengumpulan data. Jika responden bersedia, maka mereka harus menandatangani surat persetujuan penelitian. Peneliti tidak akan memaksa dan akan tetap menghormati hak responden untuk menolak.
Anonimity
Kerahasiaan identitas responden harus dijaga. Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dengan tidak mempublikasikan nema responden.
Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti karena hanya kelompok data tertentu saja yang aka dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4.9 Keterbatasan
Keterbatasan merupakan kelemahan dan hambatan dalam penelitian dan keterbatasan dalam penelitian yang dihadapi peneliti (Aziz Alimul, 2003;125).
Keterbatasan peneliti antaralain :
Besar sampel yang tersedia terbatas.
Kemampuan peneliti yang masih terbatas dalam bidang riset karena pengetahuan yang kurang.

DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, Prabowo. Et al. (2010). Cara Cepat Menguasai Hypno Healing. Edisi 1. Yogyakarta : Leutika
Amirta, Yolanda. (2007). Sehat Murah Dengan Air. Purwokerto : Kelurga Dokter
Fatmawati, Renika. (2010). Rumus Cerdas Kimia SMP. Yogyakarta : Andra Publishing
M. D, Batmanghelidj. (2007). Air Untuk Menjaga Kesehatan Dan Menyembuhkan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Sulaiman, Subhi. (2009). Terapi Penyembuhan Dengan Air. Jakarta : Zitad Visi Media
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Alimul, Aziz. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Halaman 1-63
Potter. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta : EGC. Halaman 1502-1533
Herijulianti, Eliza. (2001). Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : EGC
Masaro, Emoto. (2006). The True Power Of Water. Jakarta : Gramedia
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Dovgan, J.E.(2002). Tootache and Tooth Pain Guide. http://endodovgan.comWidya Medika
Indonesia, Depkes RI. (1996). Pedoman Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut di Sekolah. Jakarta : Depkes RI
http://www.lautanindonesia.com/blog/kelaut/blog/6455/manfaat-garam-untuk- kesehatan-gigi
http://yudhim.blogspot.com/2009/07/1000-manfaat-air-bagi-kesehatan-tubuh.html
(http://roemah-imoet.com/2010/12/25/sakit-gigi-sumber-penyakit-kronis/)

Rabu, 05 Januari 2011

askep 2011 konsep persalinan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di Indonesia pre eklampsia, eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi. Mereka diklasifikasikan kedalam penyakit hipertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh eklampsia ditandai oleh adanya koma dan atau kejang disamping ketiga khas PEB. Oleh karena itu diagnossis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penangannnya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak.
Perlu ditekankan bahwa sindroma preeklampsia ringan dengan hipertensi, edema dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia, disamping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain.
Semua kasus PEB dan eklampsia harus dirujuk ke Rumah Sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal untuk mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-komplikasi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah membuat asuhan kebidanan, diharapkan mahasiswa dapat mengerti, memahami serta mampu membuat asuhan kebidanan pada Ny “U” dengan PEB dengan menggunakan manajemen Helen Varney.


1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan yang dapat kita ambil dari laporan ini adalah agar mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian data
b. Mengidentifikasi diagnosa masalah dan kebutuhan
c. Menentukan identifikasi masalah potensial
d. Menentukan kebutuhan segera
e. Membuat rencana kegiatan
f. Melaksanakan evaluasi dan hasil tindakan

1.3 Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat memahami tentang konsep dasar preeklampsia-eklampsia.
b. Bagi institusi
Institusi dapat mengetahui sejauh mana mahasiswa STIKES Dian Husada Program Studi DIII Kebidanan mampu membuat asuhan kebidanan pada ibu dengan preeklampsia-eklampsia.
c. Bagi lahan praktek
Dapat meningkatkan asuhan pelayanan yang komprehensif pada pasien PEB dan memantau keadaannya.

1.4 Metode Penulisan
Di dalam penulisan asuhan kebidanan ini yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan studi kasus melalui pendekatan manajemen kebidanan yang meliputi langkah-langkah pengumpulan data, identifikasi diagnosa dan masalah, identififkasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.

1.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah :

a. Wawancara
Yaitu dengan bertanya langsung kepada klien tentang hal-hal yang berhubungan dengan latar belakang kondisi kesehatan klien.
b. Observasi langsung
Yaitu melalui pengamatan langsung maupun pemeriksaan fisik dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
c. Studi dokumen
Dengan melihat rekam medik.
d. Studi literatur
Yaitu melalui referensi dan literatur.

1.6 Sistematikan Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat, metode penulisan, teknik pengumpulan data, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka ini yang dibahas adalah teori dari preeklampsia dan eklampsia.
BAB III TINJAUAN KASUS
Meliputi pengkajian, identifikasi masalah dan diagnosa, identifikasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Membahas tentang kesenjangan teori dan praktek di lapangan yaitu pada tinjauan kasus Ny “U” dengan preeklampsia berat.
BAB V PENUTUP
Meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA





BAB 2
TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Persalinan
2.1.1 Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir (Mochtar, 1998:91).
Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan(aterm,40 minggu), pada janin letak memanjang dan presentasi belakang kepala, yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan buatan dan tanpa komplikasi (Sumapraja, 2005:47).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Sarwono, 2006:180).
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Varney,2007:672)

2.1.2 Sebab-Sebab Yang Menimbulkan Persalinan
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanya beberapa teori yang kompleks.
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan progesteron. Progesteron sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron menurun
2. Teori plasenta menjadi tua
Karena placenta menjadi tua yang menimbulkan kontraksi rahim

3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteri plasenter
4. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terdapat ganglion serviks (fleksus fronken hauser) bila gangglion ini digeser dan ditekan oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus
5. Induksi partus
1) Amniotomi
2) Oksitosin drip
(Mochtar, 1998:92)

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Pembukaan Serviks
1. Kekuatan yang berperan mendorong janin keluar (power)
1) His (kontraksi uterus)
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma
4) Ligamentum action terutama ligamentum rotundum
2. Faktor janin (passanger)
3. Faktor jalan lahir (passage)
4. Psikis wanita (ibu)
5. Penolong
(Mochtar, 1998:75)

2.1.4 Tanda – Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “ bulannya “ atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Lightening atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul tertutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri menurun.
3. Perasaan susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi – kontraksi lemah dari uterus, kadang – kadang disebut “fase labor pains”.
5. Servik menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah ( blood show ). (Mochtar,1998:93)

2.1.5 Tanda – Tanda Inpartu
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan – robekan kecil pada serviks.
3. Kadang – Kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
(Mochtar,1998:93)
2.1.6 Proses Persalinan
Proses persalinan dibagi menajadi 4 kala :
1. Kala I : Kala pembukaan serviks
2. Kala II : Kala Pengeluaran
3. Kala III : Kala Uri
4. Kala IV : Hingga satu jam setelah plasenta lahir

1. KALA I (Kala Pembukaan)
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan pada ibu primigravida terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1. Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung 7-8 jam.
2. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 subfase:
1) Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
2) Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
2. KALA II (Kala Pengeluaran Janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perinium meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi: 1 1/2 -2 jam, pada multi 1/2 -1 jam.
3. KALA III (Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta biasanya disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
4. KALA IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
Kala ini penting untuk menilai pendarahan ( maksimal 500 ml) dan baik tidaknya kuntraksi uterus.
(Mochtar,1998: 94-97)
2.1.7 Mekanisme Persalinan
Pada minggu terakhir kehamilan, segmen bawah rahim meluas untuk menerima kepala janin, terutama pada primi, dan juga pada multi pada aat-saat partus mulai. Untunglah, bahwa hampir 96% janin adalah letak kepala.
Pada letak belakang kepala (LBK) dijumpai pula:
Ubun-ubun kecil kiri depan = 58%
Ubun-ubun kecil kanan depan = 23%
Ubun-ubun kecil kanan belakang = 11%
Ubun-ubun kecil kiri belakang = 8%
Kenapa lebih banyak letak kepala, dikemukakan 2 teori:
1. Teori akomodasi : bentuk rahim memungkinkan bokong dan ekstremitas yang volumenya besar berada di atas, dan kepala dibawah diruangan yang lebih sempit.
2. Teori Gravitasi : kepala relatif besar dan berat, maka akan turun kebawah, karena his yang kuat, teratur dan sering maka kepala janin turun memasuki pintu atas panggul. Karena menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala bertambah menekuk (fleksi maksimal), sehingga lingkar kepala yang memasuki panggul, dengan ukuran yang terkecil
Diameter suboccipito-bregmatika = 9,5 cm dan
Sirkumferensia suboccipito-bregmatika = 32 cm.
Gerakan utama kepala dalam persalinan
1. Turunnya kepala
Masuknya kepala dalam PAP. Primi (bulan terkhir kehamilan), Multi (permulaan persalinan)
2. Fleksi
Dengan majunya kepala maka fleksi bertambah, (SOF 11 cm, menjadi SOB 9,5 cm)
3. Putar paksi dalam
Menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang panggul, tidak terjadi sebelum Hodge III
4. Ekstensi
Disebabkan sumbu jalan lahir mengarah kedepan dan keatas
5. Putar paksi luar
Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali kearah punggung
6. Expulsi
Setelah melahirkan bahu depan dan belakang selanjutnya seluruh tubuh.
(Mochtar,1998:97)
2.1.8 Pimpinan Persalinan
1. Kala I
Pekerjaan penolong dalam Kala I adalah mengawasi wanita in pertus sebaik-baiknya serta menanamkan semangat diri kepada wanita ini bahwa persalinan adalah fisiologis. Tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada penolong.
Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada indikasi apabila ketuban belum pecah, wanita inpartu boleh duduk atau bejalan-jalan, bila berbaring, sebaiknya ke sisi dimana punggung berada.
Jika ketuban sudah pecah dilarang jalan, harus berbaring, perikasa kedalam vagina dilarang kecuali ada indikasi, karena setiap pemeriksaan akan membawa infeksi. Apalagi bila dilakukan tamap mempertahankan sterilitas. Pada kala pembukaan dilarang mengedan, karena belum waktunya dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu biasanya kala I berakhir apabila pembukaan sudah lengkap sampai 10 Cm.
2. Kala II
Pada permulaan kala II umunya kepala janin telah masuk dalam ruang panggul. Ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri, bila belum pecah harus dipecahkan His datang lebih sering dan lebih kuat. Lalu timbullah his mengedan penolong harus telah siap untuk memimpin persalinan.
Ada 2 cara ibu mengedan
1) Letak berbaring merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai dada. Mulut usahakan terkatub.
2) Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring ke arah punggung janin berada dan hanya satu kaki yang di rangkul: yaitu yang sebelah atas.
Bila kepala janin sampai diluar panggul, vulva mulai terbuka, rambut kepala kelihatan, tiap His kepala His lebih maju, anus terbuka. Perineum meregang. Penolong harus menahan perineum dengan tangan kanan beralaskan kain kasa supaya tidak terjadi robekan.
Bila perineum meregang dan menipis, maka tangan kiri penolong menekan bagian belakang kepala janin kearah anus. Tangan kanan di perineum dengan ujung – ujung jari tangan kanan yang melalui kulit perineum di coba mengait dagu janin dan ditekan kearah simfisis pelan – pelan. Dengan pimpinan yang baik dan sabar, maka lahirlah kepala dengan ubun – ubun kecil (subociput) di bawah simfisis sebagai hipomoclion secara berturut – turut kelihatan : Bregma ( uub) dahi, muka dan dagu. Perhatikan apakah tali pusat melilit leher, kalau ada lepaskan. Kepala akan mengadakan putaran restitusi kearah dimana punggung janin berada. Lahirlah bahu depan dengan menarik kepala kearah anus (bawah) lalu bahu belakang dengan menarik pelan ke arah simfisis (atas). Melahirkan badan, bokong dan kaki lebih mudah yaitu dengan mengait kedua ketiak janin.
3. Kala III
Pengawasan pada kala pelepasan dan pengeluaran ini cukup penting, karena kelalaian dapat menyebabkan resiko pendarahan yang dapat membawa kematian. Kala ini berlangsung mulai dari bayi lahir sampai uri keluar lengkap biasanya uri akan lahir sepontan dalam 15 – 30 menit dapat ditunggu sampai 1 jam, tetapi tidak boleh ditunggu bila terjadi banyak pendarahan.
Kala III terdiri dari 2 fase
1. Fase Pelepasan Uri
Cara lepasnya uri ada 2 macam:
1) Schultze
Lepasnya seperti menutup payung cara ini yang paling sering terjadi ( 80 %) yang lepas duluan adalah bagian tengah.
2) Duncan
Lepasnya Uri mulai dari pinggir. Jadi pinggir uri lahir duluan (20%).

2. Fase Pengeluaran Uri
Uri yang sudah terlepas oleh kontraksi rahim akan didorong kebawah oleh rahim sekarang dianggap sebagai benda asing. Hal ini di bantu pula oleh tekanan abnormal atau mengedan, maka Uri adak dilahirkan. 20% secara spontan dan selebihnya memerlukan pertolongan.
Cara mengetahui lepasnya plasenta
1) Perasat Kustner . Tangan kanan meregangkan tali pusat, tangan kiri menekan daerah diatas simfisis bila tali pusat tidak masuk lagi kedalam vagina berarti placenta telah lepas.
2) Perasat strassman. Tangan kanan mengangkat tali pusat: tangan kiri mengetok fundus uterus. Bila terasa getaran pada tangan kanan, berarti plasenta belum lepas.
3) Perasat Klien. Ibu diminta mengejan, tali pusat akan turun bila berhenti mengejan, tali pusat masuk lagi berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
4. Kala IV (Kala Pengawasan)
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Darah yang keluar harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada persalinan biasa disebabkan oleh luka pada pelepasan uri dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata dalam batas normal, jumlah perdarahan adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc. Bila perdarahan lebih dari 500 ini sudah dianggap abnormal, harus dicari sebabnya. Penting untuk diingat untuk diingat jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan uri lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang dulu dan perhatikanlah 7 pokok penting berikut:
1) Kontraksi rahim: baik atau tidak baik dapat diketahui dengan palpasi. Bila perlu lakukanlah massage dan berikan uterus tonika: methergin, ermetrin dan pitosin.
2) Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau sedikit
3) Kandung kencing : harus kosong, kalau penuh ibu disuruh kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateter.
4) Luka-luka : jahitanya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
5) Uri dan selaput ketuban harus lengkap.
6) Keadaan umum ibu : tensi, nadi, pernapasan, rasa sakit.
7) Bayi dalam keadaan baik.
(Mochtar,1998:104-110)

2.2 Konsep Preeklampsia
2.2.1 Definisi
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer, 2002 ; 270).
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan / atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi (Mansjoer, 2002 : 270).
Super imposed preeklampsia-eklampsia adalah timbulnya preeklampsia atau eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi kronik (Mansjoer, 2002 ; 270).
Preeklampsia adalah hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (dhieka.andikamidwife.blogspot.com/ 6 januari 2009).
Eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita preeklampsia yang disusul dengan koma (dhieka.andikamidwife.blogspot.com/ 6 januari 2009).

2.2.2 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
(Mansjoer, 2002 : 270).

2.2.3 Manifestasi Klinis
Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan. Pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Tekanan darah >140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik pada TM ke II yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakal preeklampsia. Proteinuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/1 dalam air kencing 24 jam / pemeriksaan kualitatif menunnjukkan + 1 atau 2 ; atau kadar proteinuria > 1 g/1 dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.
Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejala berikut :
- Tekanan darah > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg
- Protenuria + > 59/24 jam atau > 3 pada tes celup
- Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam) - Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan - Nyeri epigastrium dan ikterus - Edema paru atau sianosis - Trombositopenia - Pertumbuhan janin terhambat Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gejala eklampsia disertai kejang atau koma. Sedangkan bila terdapat gejala preeklampsia berat disertai salah satu atau beberapa gejala dari nyeri kepala hebat, gangguan usus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan kenaikan tekanan darah yang progresif, dikatakan pasien tersebut menderita impending preeklampsia. Impending preeklampsia ditangani sebagai kasus eklampsia. (Mansjoer, 2002 : 270). 2.2.4 Pemeriksaan Penunjang - Urin : protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin - Darah, trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH dan bilirubin - USG (Mansjoer, 2002 : 270) 2.2.5 Komplikasi Tergantung derajat preeklampsia atau eklampsianya yang termasuk komplikasi antara lain antonia uteri (uterus couvelaire). Sindrom HELLP (hemolysis elevated liver enzimes low platelet count), ablasi retina, KID (koagulasi intravaskuler diseminata). Gagal ginjal, perdarahan atau edema paru, gagal jantung, hingga syok dan kematian. Komplikasi pada janin tergantung berhubungan dengan akut atau kronisnya insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas. (Mansjoer, 2002 : 271). 2.2.6 Diagnosis Banding - Kejang, bisa disebabkan ensefalopati hipertensi, epilepsi, tromboemboli, intoksikasi obat, trauma, hipoglikemia, hipokalsemia atau alkalosis - Koma, bisa disebabkan epilepsi, sinkop, intoksikasi alkohol atau obat asidosis, hipoglikemia atau azotemia (Mansjoer, 2002 : 271). 2.2.7 Pencegahan Preeklampsia Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan preeklampsia. Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diet tinggi protein, suplemen kalsium, magnesium, dll) atau mendikamentosa (teofilin, antihipertensi, diuretik, aspirin, dll) dapat mengulangi kemungkinan timbulnya preeklempsia. (Mansjoer, 2002 : 271). 2.2.8 Penatalaksanaan Preeklampsia berat Upaya pengobatan ditunjukakn untuk mencegah kejang, memulihkan organ vital pada keadaan normal dan melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi. Segera rawat pasien di RS. Berikan MgSO4 dalam infus dikstrosa 5% dengan kecepatan 15-20 tpm. Dosis awal MgSO4 intravena dalam 10 menit selanjutnya 2 g/jm dalam drip insuf sampai tekanan darah stabil (140-150/90-100 mmHg). Ini diberikan sampai 24 jam pasca persalinan akut hentikan bila 6 jam PP ada perbaikan nyata ataupun tampak tanda-tanda intoksikasi, syarat pemberian MgSO4 adalah reflek patella kuat, frekuensi pernapasan >16 kali / mnt, diuresi >100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 ml/kg 66/jm). Harus tersedia antidot mgSO4 yaitu kalsium glukonas 10% yang dapat segera diberikan secara intravena dalam 3 menit. Selama pemberian MgSO4 perhatikan TD, suhu, perasaan panas, serta wajah merah.
Berikan nifedepin 3-4 x 10 mg oral. Bila pada jam ke 4 tekanan pada diastolik belum turun sampai 20 %, berikan tambahan 10 mg oral (dosis maksimum 80 mg/hr) bila tekanan diastolik meningkat > 110 mg, berikan tambahan sublingual, tujuannya adalah penurun TD 20% dalam 6 jam. Kemudian diharapkan menjadi stabil (140-150/90-100 mmHg). Bila sulit dikendalikan, dapat dikombinasikan dengan pindolol.
Periksa TD, N, dan pernapasan tiap jam, pasang kateter dan kantong urine. Ukur urine setiap 6 jam. Bila kurang dari 100 ml/ 4 jm kurangi dosis MgSO4 menjadi 19 / jam.
Dilakukan USG dan kardiotokografi (KTG). Pemeriksaan KTG diulangi sekurang-kurangnya 2 kali / 24 jam.
Dilakukan :
- Penanganan konservatif bila kehamilan < 35 mgg tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia dan keadaan janin baik. Prinsip terapi yang serupa dengan yang aktif. Hanya tidak dilakukan terminasi kehamilan. Pemberian MgSO4 2 mg IV dilanjutkan 2 g/jm dalam drip infus dekstrosa 5% 500 ml/6 jm dapat dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda preeklampsia ringan. Selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila tidak ada perbaikan atau bila dalam 6 jam selama pengobatan terhadap peningkatan TD terapi dianggap gagal dan lakukan terminasi kehamilan. - Penanganan aktif bila kehamilan > 35 mgg. Ada tanda-tanda impending eklampsia kegagalan terapi konservatif ada tanda gawat janin / pertumbuhan janin terhambat dan sindrom HELLP.
Bila dari hasil KTG fungsi dinamik janin placenta baik (reaktif, cairan amnion cukup, gerak napas baik, tidak ada diselarasi lambat, tidak ada pertumbuhan janin terhambat dan skor > 5 ) rencanakan partus pervaginam. Bila kurang baik, sebaiknya lahirkan secara seksio.
Induksi dapat dilakukan dengan kateter folly, amniotomi, prostaglandine atau infus oksitosin. Berikan infus oksitosin 5 IV dalam 500 ml glukosa 5% dimulai dengan 4 tetes. Dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his 2-3 kali/10 menit, maksimum 20 tpm. Maksudnya agar cairan tidak terlalu banyak sehingga dapat terjadi edema paru.
Pada kala II pasien dapat partus spontan bila tidak perlu meneran terlalu kuat dan tekanan darah terkendali. Periksa tekanan darah tiap 10 mnt lakukan tindakan forsep atau vakum bila persalinan tidak lancar. Janin tidak dapat lahir dalam 15 menit. Pasien terpaksa meneran kuat atau terdapat indikasi gawat janin.
Berikan oksitosin 10 IV secara IM saat bayi lahir agar perdarahan minimal. Lahirkan plasenta bila kontraksi maksimal dan terdapat tanda-tanda lepasnya plansenta. Bila perdarahan > 400 ml, segera lakukan kompresi bimanual dan berikan ergometrin 0,1 mg IM.
Setelah persalinan pemberian infus tidak boleh > 60 ml/jm mengingat pasien dapat makan dan minum serta ada bahaya edema paru. Untuk makanan, berikan protein 1-1,5 g/kg BB/hr.
Berikan diuretik bila ada edema paru, payah jantung kongestif, atau edema anasarka, berupa furosemid 40 mg. Lakukan oksigenisasi 4-61/mnt. Periksa gas darah secara berkala untuk koreksi asidosis. Dengan pemberian nifedipin, oksigen. Posisi setengah duduk, dan furosemid bolus, diharapkan TD dan beban jantung berkurang. Tapi, bila ada tanda payah jantung, dapat diberikan digitalis. Berikan ventilasi mekanik bila tidak ada perbaikan dalam 6 jamk. p CO¬2 > 70 mmHg dan pO2 < 60 mmHg. Berikan obat antipiretik bila suhu rektal di atas 38,5oC dan dibantu kompres dingin atau alkohol. Antibiotik diberikan alat indikasi. Antinyeri seperti petidin HCL sebanyak 50-70 mg diberikan satu kali selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir bila pasien gelisah atau kesakitan karena kontraksi rahim. Lakukan terminasi kehamilan secara seksio memakai anestasi umum N2O mengingat keuntungan relaksasi sedasi pada ibu dan dampaknya relatif kecil bagi janin. Bila dari pemeriksaan lab tidak ada tanda KID. Dapat dilakukan anestasi epidural atau spinal. Anestesi lokal diperlukan pada indikasi terminasi segera dengan keadaan ibu kurang baik. BAB 3 TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian Oleh : Ika Ajeng Pratiwi Hari/tanggal : Jum’at, 28 Oktober 2010 Jam : 18.00 WIB Tanggal MRS : 28 Oktober 2010 Jam : 18.00 WIB No. Reg : 009957 A. Data Subyektif 1. Biodata Nama : Ny “U” Nama Suami : Tn “A” Umur : 19 thn Umur : 20 thn Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta Alamat : Ds Batuampir Lekok Alamat : Ds Batuampir Lekok 2. Keluhan utama Saat MRS : ibu mengatakan hamil sudah 9 bulan, ibu merasa perutnya kenceng-kenceng sejak jam 03.00 WIB dan mengeluarkan darah bercampur lendir sejak jam 06.00 WIB Saat pengkajian : ibu mengatakan masih merasa kenceng-kenceng pada perutnya 3. Riwayat haid Menarche : 12 tahun Siklus : 28 hari Lama haid : 7 hari Janin darah haid : 3x ganti pembalut / hari Warna dan bau : merah kecoklatan dan bau anyir Flour albus : tiap sebelum dan sesudah haid selama + 3 hari warna putih tidak bau, tidak gatal Dismenorhea : (-) HPHT : 02-04-2008 4. Riwayat perkawinan Umur pertama nikah : 18 tahun Lama menikah : 1 tahun Berapa kali menikah : 1 kali Jumlah anak : - 5. Riwayat kesehatan yang lalu Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti kuning, penyakit menurun seperti kencing manis dan penyakit menahun seperti darah tinggi. 6. Riwayat kesehatan sekarang Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit menular seperti paru-paru, penyakit menurun seperti darah tinggi dan penyakit menahun seperti jantung. 7. Riwayat kesehatan keluarga Ibu mengetakan dalam keluarga tidak pernah atau ada yang sedang menderita penyakit menular seperti kuning, penyakit menurun seperti kencing manis dan penyakit menahun seperti jantung serta tidak mempunyai keturunan kembar baik dari keluarga ibu ataupun suami. 8. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu No Kehamilan Persalinan BBL KB Ket Suami ke Hamil ke Penyulit UK Penolong Jns Penyulit Jns klmn BB/ PB Hdp/ mati ASI 1 1 Hamil Ini 9. Riwayat kehamilan sekarang TM I : ibu periksa ke bidan tiap bulan, mual dan kadang muntah pada pagi hari, mendapatkan vitamin dari bidan dan penyuluhan tentang nutrisi yaitu makan sedikit tapi sering, ibu mengatakan sudah mendapatkan suntik TT yang pertama saat mau menikah. TM II : ibu mengatakan tidak mersakan keluhan apapun, ibu periksa tiap bulan ke bidan, mendapatkan vitamin penambah darah dan suntik TT pada UK 6 bulan, merasakan gerakan anak pertama pada UK 5 bulan. TM III : ibu mengatakan sering merasakan gerakan janin, merasa kenceng di perut bagian bawah, dan diminggu-minggu akhir kehamilan, ke 2 kali ibu bengkak, ibu kontrol ke bidan tiap 2 minggu, tekanan darah ibu tinggi. Ibu mendapat penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan, ibu juga mendapatkan penyuluhan tentang tanda-tanda persalinan. Ibu dianjurkan untuk memeriksakan di RS karena kondisi ibu beresiko pada ibu dan bayinya. 10. Pola kebiasaan sehari-hari a. Pola nutrisi Dirumah : makan 3x/hari, porsi sedang (+ 8-10 sendok) dihabiskan (nasi, lauk, sayur) minum + 7-8 gelas/hari air putih kadang susu Di RS : ibu belum makan, minum + 2-3 gelas air putih dan teh hangat b. Pola eliminasi Dirumah : BAB 1x/hari, konsistensi lunak, warna kuning, tidak ada keluhan Di RS : ibu belum BAB, BAK + 1-2 x warna kuning jernih c. Pola istirahat Dirumah : tidur siang + 2 jam (13.00-15.00) nyenyak Tidur malam : + 8 jam (21.00-05.00) kadang terbangun karena ibu sering BAK Di RS : ibu belum tidur karena ibu merasa gelisah d. Pola aktivitas Dirumah : ibu tidak bekerja, tiap hari ibu mengurusi pekerjaan RT seperti menyapu, memasak, dibantu dengan keluarga Di RS : ibu hanya berbaring di tempat tidur e. Personal hygiene Di rumah : mandi 2 x/hr, gosok gigi 2x/hr, keramas 2x/mgg, ganti pakaian 2x/hari Di RS : ibu belum mandi ataupun ganti pakaian 11. Data psikososial a. Psikologis Ibu mengatakan merasa khawatir dengan keadaan diri dan bayinya, ibu berharap persalinannya berjalan dengan normal. b. Sosial Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suaminya, hubungan dengan suami, keluarga, tetangga harmonis, keluarga mendukung kehamilannya. 12. Data sosial budaya Ibu mengatakan dilingkungan keluarga dan masyarakatnya masih menganut budaya jawa seperti upacara selamatan 3 bulanan dan 7 bulanan. 13. Data spiritual Ibu beragama Islam, taat beribadah tidak percaya pada hal-hal tahayul B. Data Obyektif 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum : cukup TTV : TD : 160/100 mmHg N : 96 x/mnt S : 376oC (axila) RR : 24 x/mnt HPHT : 10-05-2010 TP : 17-02-2011 UK : 32 minggu 2. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi Kepala : bersih, tidak ada ketombe, tidak ada lesi, pertumbuhan rambut merata, warna hitam, lurus, tidak rontok Wajah : simetris, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum Mata : simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret Mulut : bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak sumbing, tidak ada caries gigi Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis Dada/Payudara : simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi pada areola memmae Abdomen : tampak tegang, tidak terdapat strie gravidarum, tampak linea nigra, tidak tampak luka bekas opersi/SC, pembesaran sesuai dengan umur kehamilan Genetalia : bersih, pertumbuhan pubis merata, tidak oedema, condiloma acuminata atau talata, tidak oedema tidak ada varises, tampak lendir bercampur darah Anus : bersih, tidak tampak hemoroid, vulva dan anus belum membuka Ekstremitas atas : simetris, pergerakan normal tidak oedema, terpasang pada tangan sebelah kiri infus RL guyur 1000 cc (kosongan) Ekstremitas bawah : simetris, pergerakan normal, oedema +/+ tidak ada varises 4) Palpasi Kepala : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan bendungan vena jugularis Payudara : tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan Abdomen : Leopold I : TFU 3 jari bawah px (34 cm), teraba bulat, lunak, tidak melenting Leopold II : teraba keras, datar seperti papan di perut sebelah kiri, dan teraba bagian kecil janin di sebelah kanan perut ibu Leopold III : teraba bulat, keras, melenting, bagian terbawah sudah tidak dapat digoyangkan Leopold IV : kepala masuk PAP 2/5 bagian His : 2. 10’. 25” TBJ : (34-11) x c155 : 3565 gr 5) Auskultasi Dada : tidak terdengar ronchi, wheezing Abdomen : terdengar DJJ disebelah kiri perut ibu dengan frekuensi 13-12-12 : 148 x/mnt 6) Perkusi Reflek patella : tidak dilakukan 3. Pemeriksaan dalam Tgl : 28 – 10 - 2010 Jam : 23.00 WIB VT : keadaan vagina : lendir bercampur darah Portio : lunak Pembukaan : 5 cm Efficement : 50% Ketuban : (+) Presentasi : kepala Denominator : UUK kiri depan Molage : tidak ada molage Hodge : II 4. Pemeriksaan penunjang Tgl : 28 - 10- 2010 Jam : 18.00 WIB DL : Hb 14,7 gr % (12,0 – 16,0) UL : protein urine : (+) (satu) 3.2 Identifikasi Diagnosa/Masalah Dx : G1P¬00000 UK 40 mgg tunggal, hidup, intra uterin, letkep, inpartu, kala I fase aktif dengan PEB Ds : ibu mengatakan hamil 9 bulan, ibu merasa kenceng-kenceng sejak jam 03.00 WIB dan mengeluarkan darah bercampur lendir dari alat kelaminnya sejak jam 06.00 WIB. Do : k/u : cukup Kesadaran : composmentis TTV : TD : 170/110 mmHg S : 378 oC N : 98 x/mnt RR : 24 x/mnt HPHT : 10-05-2010 UK : 40 mgg Wajah : inspeksi : simetris, tidak pucat, tidak odema, tidak ada cloasma gravidarum Mata : inspeksi : simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih Payudara : inspeksi : simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi pada areola mamae Palpasi : tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, colostrum belum keluar Abdomen : inspeksi : pembesaran sesuai dengan umur kehamilan, tidak terdapat strie gravidarum, tampak linea nigra, tidak terdapat luka bekas operasi/SC Palpasi : Leopold I : TFU 3 jari bawah px (34 cm). Fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting Leopold II : teraba keras, datar seperti papan di perut sebelah kiri dan teraba bagian kecil janin disebelah kanan perut ibu Leopold III : teraba bulat, keras, melenting, bagian terbawah sudah tidak dapat digoyangkan Leopold IV: kepala sudah masuk PAP 2/5 bagian His : 3x10’ x 35” TBJ : (34-11) x 155 : 3565 gr DJJ : 13-12-12 : 148 x/mnt VT pada jam 23.00 WIB Keadaan vagina : lendir bercampur darah Portio : lunak Pembukaan : 5 cm Efficement : 50% Ketuban : (+) Presentasi : kepala Denominator : UUK kiri depan Molage : tidak ada Hodge : II Ekstremitas atas : inspeksi : simetris, pergerakan normal, tidak oedema, terpasang pada tangan sebelah kiri infus RL guyur 1000 cc (kosongan) Ekstremitas bawah : inspeksi : simetris, pergerakan normal, oedema pada kedua kaki, tidak ada varises Pemeriksaan laborat Tgl : 28 Oktober 2010 Jam : 18.00 WIB DL : Hb : 14, 7 gr % (12.0-16.0) VL : protein urine (+) 2.3 Identifikasi Masalah Potensial Eklampsia 2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera Kolaborasi dengan Dr. SpOG 2.5 Intervensi Dx : G1P00000 UK 40 mgg, tunggal, hidup, intra uterin, letak kepala, inpartu, kala I fase aktif dengan PEB Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan proses persalinan dapat berjalan dengan lancar. Tidak terjadi komplikasi untuk ibu dan janin yang memperberat kondisinya saat ini. Kriteria hasil : - TTV dalam batas stabil TD : 90-100 / 140-150 mmHg N : 80-100 x/mnt S : 36,5 – 37,5 oC RR : 18-24 x/mnt - His adekuat dalam 10 menit timbul 3-4 kali his dengan durasi > 45” kuat dan teratur
- DJJ dalam batas normal : 120-160 x/mnt
- Tampak tanda gejala kala II (doran, teknus, perjol, vulka)
- Tidak terjadi komplikasi yang semakin memperberat keadan ibu dan janin saat ini
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
R/ membangun hubungan saling percaya antara tenaga kesehatan dengan ibu
2. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan
R/ ibu lebih kooperatif dalam menerima tindakan
3. Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
R/ ibu mengetahui kondisi yang sedang dialaminya saat ini
4. Observasi TTV dan kemajuan persalinan dengan patograf
R/ memantau k/u ibu dan janin serta kemajuan persalinan
5. Lakukan kolaborasi dengan Dr. SpOG
R/ kolaborasi dilakukan untuk tindakan diluar wewenang atau mandiri bidan

3.6 Implementasi
Tanggal : 28 Oktober 2010
Jam : 21.10 WIB
1. Memberi salam, memperkenalkan diri bertutur kata dengan baik dan sopan pada ibu dan keluarga
2. Memberi tahu ibu akan disuntik obat lewat infusnya, kemudian disuntik bokong kanan dan bokong kiri, ibu akan diukur tekanan darah setiap 4 jam, suhu setiap 2 jam dan nadi setiap 30 menit, selain itu ibu akan dipantau kemajuan persalinannya yang meliputi pembukaan tiap 4 jam, his tiap 30 mnt, DJJ tiap 30 mnt.
3. Memberi tahu pada ibu bahwa tensi ibu tinggi 170/110, kaki ibu bengkak itu merupakan keadaan yang mengganggu kelancaran persalinan, kondisi janin ibu baik dilihat dari denyut jantungnya masih dalam batas normal : 143 x/mnt (120-160 x/mnt).
4. Mengobservasi TTV
TD : 170/100 mmHg
N : 98 x/mnt
S : 378 oC
RR : 24 x/mnt
Kemajuan persalinan
VT pada jam 23.00 WIB
Keadaan vagina : lendir bercampur darah
Portio : lunak
Pembukaan : 5 cm
Efficement : 75%
Ketuban : (+)
Presentasi : kepala
Dinominator : UUK kiri depan
Molage : tidak ada molage
Hodge : II
His : 3. 10”. 35”
DJJ : 13-12-12 : 148 x/mnt
5. Melakukan kolaborasi dengan Dr. SpOG
- Inf. RD 5% 28 tpm
- Inj. Sm full doze
- Inj. Sm 20% 4 gr (10cc) scr IV pada jam 23.15
- Inj. Sm 40% 5 gr (12, 5 cc) scr IM boka/boki pada jam 23.45
- Pasang O2
- Berikan KIE
- Berbaring miring kiri
- Teknik bernafas yang baik saat ada His

3.7 Evaluasi
Tanggal : 29 – 10 - 2010 jam : 01.00 WIB
S : ibu mengatakan perutnya semakin terasa kenceng-kenceng, ibu ingin meneran
O : k/u cukup
Kesadaran : composmentis
TD : 160/100 mmHg S : 375 oC
N : 96 x/mnt RR : 24 x/mnt
Pemeriksaan dalam :
u/u : darah + lendir
Pembukaan : 9 cm
Efficement : 75 %
Ketuban : (-), jernih jam 18.10
Bagian terdahulu : kepala
Bagian terendah : uuk kiri depan
Hodge : III
DJJ : 13-12-13 : 152 x/mnt
Melihat dan mendengar tanda gejala kala II
Doran, teknus, perjol, vulka
A : G1P00000 inpartu kala II dengan PEB
P : mengobservasi TTV dan kemajuan persalinan dengan partograf









BAB 4
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan PEB. Dari data pengkajian didapatkan bahwa ibu mempunyai riwayat darah tinggi, dari hasil pemeriksaan fisik tampak oedema pada kedua kakinya dan ditemukan protein urin dalam urinnya. Gejala ini sesuai dengan manifestasi klinis yang ada pada tinjauan teori, sehingga diperoleh diagnosa Ny “U” G1 P0000 UK 40 mgg. Tunggal, hidup, intra uterin, letkep dengan PEB. Diagnosa dan masalah diatas ditemukan berdasarkan data subyektif dan obyektif saat pengkajian. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.
Pada tahap perencanaan semua intervensi pada tinjauan teori dapat dilakukan pada tinjauan kasus tanpa ada hambatan sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan.
Pelaksanaan intervensi terhadap pasien pada tinjauan kasus dapat dilakukan semua seperti dalam tinjauan teori karena antara petugas kesehatan, pasien dan keluarga terjadi hubungan saling percaya, sehingga terjalin kerjasama yang baik. Didukung juga dengan tersediannya sarana dan prasarana yang ada yang mungkin untuk melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan intervensi.
Evaluasi dari asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan PEB tidak ditemukan adanya hal-hal yang dikhawatirkan atau keadaan yang memperberat kondisinya saat ini. Sehingga disimpulkan di RSUD Bangil Pasuruan telah memberikan penanganan yang sesuai dengan teori yang ada.


BAB 5
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan penulisan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan PEB. Keberhasilan dalam perencanaan tindakan membutuhkan dukungan dari pasien dan keluarga seperti keterbukaan pasien dalam memberikan informasi tentang masalah yang dihadapi untuk mempermudah dalam mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan. Evaluasi dilakukan setelah pelaksanaan asuhan untuk mencapai keberhasilan dari asuhan kebidanan berdasarkan tujuan dan kriteria hasil. Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan PEB dengan menerapkan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah menurut Helen Varney.

1.2 Saran
1.2.1 Mahasiswa
- Mahasiswa diharapkan lebih mendalami kembali teori tentang preeklampsia dan eklampsia sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat dan lebih efektif sesuai dengan teori yang ada
- Dengan praktek kebidanan ini mahasiswa dapat menggali dan mendapatkan pengalaman yang banyak untuk itu mahasiswa hendaknya lebih aktif selama berada dilahan praktek
1.2.2 Insitusi
Institusi diharapkan menyediakan sumber-sumber pustaka yang up to date sehingga mahasiswa dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kesehatan.
1.2.3 Lahan Praktek
RS lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan lebih konservatif terhadap asuhan yang diberikan serta mendokumentasikan semua tindakan yang dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Dieka.andikamidwife.blogspot.com/6januari2009
Hanawaty.wordpress.com/2008/03/20
Mansjoer, 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, edisi II. Jakarta : EGC
Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sumapraja, Sudraji. 2005. Persalinan Normal. Jakarta : Gaja Baru

Varney Hellen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, edisi IV volume 2. Jakarta :

EGC